Beritanya lumayan menakutkan neh, tapi untung ja loem da kasus di
Indonesia. Belum ada vaksin atau obatnya lage,,!? Apakah ini ancaman
yang lebih berbahaya dari Avian Influenza,,!? Biar ga terlalu penasaran,
berikut tulisan Sdr. Amin Soebandrio dari Kementrian Riset dan
Teknologi.
DUNIA kesehatan kembali gempar ketika beberapa
minggu lalu China melaporkan 28 anak meninggal karena terserang penyakit
tangan, kaki, dan mulut. Sementara sebanyak 15.799 orang dilaporkan
terserang penyakit tersebut.
Penyakit ini, sesuai dengan namanya, penyakit tangan, kaki, dan mulut
(hand, foot, mouth disease/HFMD) adalah penyakit yang memiliki tanda
utama adanya bercak kemerahan dan lepuh pada lidah, gusi, dan bagian
dalam pipi, serta telapak tangan dan kaki, kadang-kadang di daerah
bokong dan lipat paha.
Dengan gejala yang mirip penyakit ”flu”, yaitu demam, nyeri
tenggorok, sakit kepala, lesu, dan hilangnya nafsu makan, penyakit ini
lebih banyak menyerang anak-anak, terutama usia di bawah sepuluh tahun.
Munculnya HFMD disebabkan beberapa jenis virus. Virus yang paling
sering adalah coxsackievirus A16; tetapi juga dapat disebabkan oleh
enterovirus 71 (EV71), atau coxsackieviruses A5, A9, A10, B2, dan B5.
Penyakit ini berbeda dengan penyakit mulut dan kuku yang menyerang
beberapa jenis ternak, virus penyebabnya berbeda. Virus jenis EV71
pertama kali diisolasi di California tahun 1969 dan tahun 1974
dipastikan merupakan suatu serotype baru dari genus Enterovirus, anggota
dari keluarga Picornaviridae.
Setahun setelah pertama kali diisolasi, EV71 menyebabkan wabah di
Amerika Serikat, Australia, Swedia, dan Jepang. Tahun 1975 EV71 menarik
perhatian dunia setelah menyebabkan wabah di Bulgaria, terjadi
kelumpuhan pada 705 orang—93 persen adalah anak-anak balita—dan kematian
pada 44 orang.
Wabah serupa juga terjadi di Hongaria pada tahun 1978. Sejak itu
wabah EV71 terus terjadi di seluruh belahan dunia. Wabah yang terjadi di
Taiwan tahun 1998 merupakan yang terbesar, tercatat 100.000 orang
terinfeksi, 400 anak dirawat inap karena gangguan saraf pusat, dan 78
anak meninggal karena infeksi jaringan otak. Kejadian luar biasa HFMD di
China saat ini diduga kuat disebabkan EV71.
Bisa sembuh sendiri
Serangan HFMD yang disebabkan Coxsackievirus A16 biasanya tidak
serius dan sembuh sendiri dalam 7-10 hari. Sementara HFMD yang
disebabkan EV71 dapat mengakibatkan meningitis (radang selaput otak),
dan pada beberapa kasus berat dapat menjadi ensefalitis (radang otak),
atau menyebabkan kelumpuhan mirip poliomyelitis. Ensefalitis karena EV71
dapat berakibat fatal.
Perbedaan mencolok pada gejala awal antara HFMD oleh Coxsackievirus
A16 dan EV71 adalah pada infeksi EV71 suhu dapat mencapai 39 derajat
Celsius selama tiga hari berturut-turut.
Sampai saat ini tidak ada obat yang secara spesifik digunakan untuk
membunuh virus penyebab HFMD. Upaya yang dilakukan adalah simtomatik,
yaitu menghilangkan gejala demam dan sakit kepala, mencegah terjadinya
kehilangan cairan (dehidrasi), terutama pada anak kecil, dan mencegah
terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri, jamur, ataupun virus lain.
Pada kasus-kasus berat tentunya perlu dilakukan penanganan medis sesuai
dengan gangguan yang dialami.
Virus penyebab HFMD dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain
melalui kontak langsung dengan cairan hidung, air liur, cairan lepuh,
cairan dari ruam, atau tinja dari orang yang terinfeksi. Potensi
penularan terbesar adalah pada minggu pertama sakit. Semua orang dapat
tertular, tetapi anak-anak di bawah lima tahun biasanya lebih rentan.
Virus penyebab HFMD tidak ditularkan melalui serangga atau hewan lain.
Vaksin belum ada
Sampai saat ini tidak ada vaksin yang digunakan untuk meningkatkan
kekebalan terhadap virus EV71 ataupun Coxsackievirus A16. Tindakan utama
untuk mencegah penularan adalah higiene dan sanitasi perorangan.
Hindari kontak dengan cairan tubuh penderita, segera cuci tangan
dengan sabun jika diduga terjadi kontak. Hindari penggunaan bersama
peralatan makan, minum, dan pakaian dengan penderita.
Peralatan yang tercemar dapat direndam selama 15 menit dalam cairan
hipoklorit 0,5 persen yang dapat disiapkan dengan mencampur cairan
pemutih pakaian dengan air bersih dengan perbandingan 1 : 9, sebelum
dicuci seperti biasa.
Anak-anak yang terinfeksi tidak dibenarkan mengunjungi tempat umum
yang ramai, seperti sekolah, taman bermain, pusat belanja, dan angkutan
umum, untuk mencegah penularan kepada orang yang lain, selain berguna
untuk mencegah timbulnya komplikasi pada dirinya.
Pada pertengahan tahun 2006 Departemen Kesehatan RI telah meminta
kewaspadaan masyarakat umum dan petugas kesehatan akan kemungkinan
munculnya kasus HFMD di Indonesia, setelah merebaknya penyakit tersebut
di Serawak dan Kuching, Malaysia.
Pada periode yang sama juga dilaporkan ditemukan kasus serupa di
Singapura. Di beberapa rumah sakit secara sporadis juga dilaporkan
adanya beberapa anak yang dirawat karena menunjukkan gejala dan tanda
yang serupa dengan HFMD.
Walaupun konfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan,
dari gejala dan tanda klinisnya dapat diduga kuat bahwa HFMD sudah
terdapat di Indonesia. Satu hal yang perlu disyukuri adalah sampai saat
ini belum pernah dilaporkan adanya kejadian luar biasa HFMD.
Jumlah kasus terduga HFMD di Indonesia memang masih relatif sangat
kecil dan tidak ada laporan kematian akibat penyakit ini, tetapi hal ini
tidak boleh menyebabkan kita lengah.
Tindakan pencegahan harus dilakukan secara proaktif oleh segenap
lapisan masyarakat dengan senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan
perorangan dan lingkungan. Jika terdapat anggota keluarga yang
menunjukkan tanda dan gejala yang mencurigakan (mirip gejala di atas),
hendaknya ia segera dijauhkan dari aktivitas di luar rumah serta dibawa
ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat kepastian diagnosis dan
penanganan segera.
Oleh : AMIN SOEBANDRIO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar